Sinergi Pertamina dan PLN Dorong Penguatan Panas Bumi Nasional

Senin, 29 Desember 2025 | 11:33:56 WIB
Sinergi Pertamina dan PLN Dorong Penguatan Panas Bumi Nasional

JAKARTA - Pengembangan energi panas bumi nasional kembali menunjukkan arah yang semakin jelas. 

Kolaborasi antara dua badan usaha milik negara di sektor energi menjadi penanda keseriusan pemerintah dalam mempercepat transisi energi bersih berbasis sumber daya domestik.

Kali ini, PT Pertamina dan PT PLN mengambil langkah lanjutan melalui kerja sama strategis di sektor panas bumi. Fokus utama diarahkan pada optimalisasi pembangkit eksisting agar mampu memberikan tambahan kapasitas listrik yang signifikan dan berkelanjutan.

Langkah ini tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga membuka peluang investasi jangka panjang di sektor energi terbarukan yang dinilai semakin prospektif.

Kerja Sama Strategis Pengembangan Proyek Panas Bumi

Sinergi Pertamina dan PLN memasuki fase konkret melalui penandatanganan Perjanjian Komitmen Konsorsium. Kesepakatan tersebut mencakup pengembangan PLTP Ulubelu Bottoming Unit berkapasitas 30 MW serta PLTP Lahendong Bottoming Unit dengan kapasitas 15 MW.

Dua proyek ini dirancang untuk memanfaatkan potensi panas sisa dari pembangkit yang telah beroperasi. Dengan pendekatan tersebut, kapasitas pembangkit dapat ditingkatkan tanpa harus membuka wilayah kerja baru.

Total tambahan daya dari kedua proyek ini diperkirakan mencapai 45 MW. Angka tersebut menjadi bagian awal dari rencana besar pengembangan panas bumi nasional yang lebih masif.

Potensi Investasi dan Tambahan Kapasitas Nasional

Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman yang ditandatangani pada Agustus 2025. Dalam kesepakatan tersebut, Pertamina dan PLN sepakat mengembangkan energi panas bumi di 19 proyek eksisting dengan kapasitas total 530 MW.

Sinergi ini difasilitasi oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia. Melalui skema tersebut, terbuka peluang pengembangan tambahan kapasitas panas bumi hingga 1.130 MW.

Estimasi nilai investasi dari keseluruhan potensi pengembangan ini mencapai sekitar US$5,4 miliar. Investasi tersebut berasal dari optimalisasi wilayah kerja berproduksi sekaligus eksplorasi area prospektif baru.

Teknologi Bottoming dan Target Operasional

PLTP Ulubelu Bottoming Unit menjadi proyek berbasis teknologi binary pertama yang dikembangkan bersama oleh PGE dan PLN Indonesia Power di wilayah kerja eksisting. Teknologi ini memungkinkan pemanfaatan energi panas sisa secara lebih efisien.

Pengembangan tersebut juga menjadi bagian dari tahapan pengadaan Independent Power Producer di PLN. Selain meningkatkan efisiensi, proyek ini memperkuat model bisnis panas bumi berbasis kolaborasi.

Kesepakatan tarif listrik untuk proyek Ulubelu telah tercapai bersama PLN. Langkah ini membuka jalan bagi proses lanjutan berupa pendirian joint venture, pengadaan EPCC, serta penandatanganan perjanjian jual beli listrik.

Peran PGE dalam Transisi Energi Nasional

Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina Geothermal Energy, Edwil Suzandi, menyebut kesepakatan ini sebagai tonggak penting kerja sama antar-BUMN. Proses lanjutan direncanakan berjalan simultan mulai Januari 2026.

Target Commercial Operation Date untuk proyek ini diproyeksikan tercapai pada 2027. Dengan demikian, kontribusi nyata terhadap pasokan listrik nasional dapat segera dirasakan.

Menurut Edwil, transisi energi nasional harus terus didorong melalui optimalisasi energi bersih yang tersedia di dalam negeri. Sinergi ini diharapkan menjadi model replikasi di wilayah kerja panas bumi lainnya.

Pengembangan serupa direncanakan di Lahendong, Sulawesi Utara, serta Lumut Balai di Sumatera Selatan. Pendekatan bottoming unit dinilai efektif meningkatkan kapasitas tanpa menambah dampak lingkungan signifikan.

Sebagai pionir panas bumi di Indonesia, PGE telah berpengalaman lebih dari empat dekade. Saat ini, perusahaan mengelola kapasitas terpasang 727 MW dari enam wilayah operasi yang dikelola sendiri.

Selain proyek Ulubelu dan Lahendong, PGE juga mengembangkan sejumlah proyek strategis lain. Di antaranya PLTP Hululais Unit 1 dan Unit 2 dengan total kapasitas 110 MW.

PGE juga menggarap beberapa proyek co-generation dengan total kapasitas mencapai 230 MW. Keseluruhan proyek tersebut menjadi bagian dari strategi mencapai target kapasitas terpasang 1 GW dalam beberapa tahun ke depan.

Dari sisi kinerja pasar, saham PGEO menunjukkan tren positif sepanjang tahun berjalan. Hingga 24 Desember 2025, harga saham tercatat berada di level Rp1.085.

Capaian tersebut mencerminkan kenaikan lebih dari 15 persen sejak awal tahun. Kinerja ini sejalan dengan optimisme investor terhadap prospek panas bumi sebagai tulang punggung energi bersih nasional.

Melalui sinergi Pertamina dan PLN, pengembangan panas bumi diharapkan semakin terakselerasi. Upaya ini menjadi bagian penting dalam memperkuat ketahanan energi sekaligus mendukung agenda transisi energi Indonesia.

Terkini